|  | 
| Terowongan misteri Lirboyo juga dikenal memiliki cerita mistis. Samsul Hadi/detikSurabaya | 
|  | 
| Pondok lama menjadi salah satu lokasi misteri Pondok Pesantren Lirboyo. Samsul Hadi/detikSurabaya. | 
|  | 
| Sumur tua yang ada di bagian barat Masjid Lawang Songo juga dipercaya memiliki misteri. Samsul Hadi/detikSurabaya. | 
|  | 
| Bangunan Masjid Lawang Songo dari bagian serambi kuning. Di dalamnya diyakini dihuni santri dari golongan makhluk halus. Samsul Hadi/detikSurabaya. | 
Kediri   - Siapa yang tidak kenal dengan nama Pondok Pesantren (Ponpes)  Lirboyo.  Pondok pesantren yang berdiri di Kelurahan Lirboyo, Kecamatan  Mojoroto,  Kota Kediri, dikenal tak hanya umat Islam di pelosok tanah  air tapi  juga mashyur hingga negara tetangga.
Sejumlah   cerita pun mengiringi berdirinya ponpes tersebut. Dari kisah nyata   hingga berbau mistis pun beredar dari mulut ke mulut.
Pondok   Pesantren Lirboyo didirikan oleh KH Abdul Karim tahun 1910 atau 100   tahun silam. Sejumlah peninggalan sang pendiri itulah yang saat ini   banyak diceritakan memiliki kisah unik berbau mistis, satu diantaranya   adalah Masjid Lawang Songo. Dinamakan seperti itu karena memiliki 9   pintu pada bangunannya, yang tersusun masing-masing 3 di bagian depan   dan di sisi kanan dan kiri bangunan. 
Masjid   Lawang Songo dibangun bersamaan dengan dimulainya pendirian pesantren.   Saat ini kondisinya sudah sangat berbeda dengan saat pertama kali   didirikan, yang ditandai dengan terbentuknya 3 bagian, masing-masing   ruang utama Masjid Lawang Songo, serambi kuning dan kantor muktamar   berupa serambi dengan keramik warna hitam. 
"Dinamakan   serambi kuning karena ubinnya warna kuning, itu dibangun zamannya KH   Mahrus Ali dan KH Marzuki Dahlan. Beliau adalah putra KH Abdul Karim.   Sedangkan yang kantor muktamar dibangun sekitar 8 tahun lalu," jelas   Ahyar, salah seorang santri Ponpes Lirboyo kepada detiksurabaya.com,   Jumat (19/11/2010).
Ahyar   mengatakan, di Masjid Lawang Songo inilah sejumlah cerita mistis   Pesantren Lirboyo dimulai. Diantaranya adanya perasaan ramai pada diri   setiap orang  yang  menginjakkan kakinya di dalam masjid, meski di saat bersamaan   kondisinya sedang sepi. "Itu bukan rahasia lagi, karena termasuk saya   juga sering merasakannya," tuturnya. 
Ketika   mengenai asal muasal kejadian tersebut, Ahyar tidak bisa memberikan   penjelasan. Informasi yang didapat dirinya dari sejumlah seniornya ada   perasaan aneh yang dirasakan setiaporang dalam Masjid Lawang . Banyak   santri merasa ada 'santri lain' di Ponpes Lirboyo.  
"Di   Lirboyo ini kan santrinya tidak hanya dari yang kasaran, tapi juga   golongan halus, makanya saya sebut santri lain. Ya percaya nggak percaya   ini memang nyata, ustadz juga mengakui kalau ada santri dari golongan   itu," ungkapnya tanpa mau menjelaskan tentang santri golongan halus   tersebut. 
Masjid   Lawang Songo bagi ribuan santri Lirboyo tak hanya dikenal karena  adanya  kisah misteri tersebut, melainkan juga sebagai 'penasehat' kasat  mata.  Hampir semua santri sungkan melaksanakan salat berjamaah apabila   dilakukan melebihi jadwal salat. 
Di   Lirboyo sendiri banyak santri yang terkadang tak bisa menjalani salat   berjamaah, karena jadwalnya berbenturan dengan jam belajar di  ibtidayah,  tsanawiyah, aliyah hingga diniyah. 
"Biasanya   kalau telat jamaah ya salatnya di serambi, karena ada perasaan sungkan   untuk masuk ke dalam masjid. Aneh memang, dan ini sebenarnya tidak ada   dalam aturan pondok," pungkas Ahyar.
(wln/wln) 
Gerbang Pendidikan dan Penjaga Kesehatan Santri
Selain   Masjid Lawang Songo, satu peninggalan pendiri Pondok Pesantren Lirboyo   yang diyakini mempunyai misteri adalah gerbang tua. Pintu masuk menuju   masjid itu meski keseluruhan bangunannya telah mengalami renovasi tapi   tetap dianggap angker. Bangunan fisik masih tetap tak berubah. 
Gerbang   tua atau yang juga dikenal dengan nama Gerbang Masjid Lawang Songo,   berada di depan kiri masjid dengan jarak sekitar 100 meter. Meski ada   penambahan serambi, gerbang tua saat ini berdiri di atas halaman luar   masjid atau yang biasa disebut kantor muktamar. 
Keberadaannya   cukup menyita perhatian pengunjung di Ponpes Lirboyo, karena gerbang   yang masih utuh itu terbuat dari kayu beratapkan genting tua, berdiri   diatas lantai dengan ubin keramik warna hitam mengkilap. 
"Gerbang   ini ada sejak tahun 1910, bareng dengan pendirian masjid dan pondok.   Sampai sekarang tetap dipertahankan, yang salah satu tujuannya menjaga   kelestarian peninggalan pendiri," kata Khoirul Anam, salah seorang   pengurus Ponpes Lirboyo, saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Jumat   (19/11/2010). 
Di mata ribuan santri Lirboyo, Gerbang Masjid Lawang Songo juga disebut sebagai gerbang pendidikan. 
Di sela-sela istirahat seusai mengikuti pelajaran dan jamaah salat, tak sedikit santri yang 
memiliki   bersandar atau sekedar mendekat untuk menghafal Al Quran, memahami   kitab kuning serta aktivitas belajar lainnya. Sejauh ini secara turun   temurun seluruh santri yakin pilihan itu akan memudahkannya dalam   belajar. 
"Makanya   tidak heran kalau sampai ada yang membawa kopi dan makanan ringan di   sini, karena memang tempatnya enak untuk belajar. Kami sendiri tidak   masalah, asalkan dibersihkan lagi," jelas Anam. 
Gerbang   Masjid Lawang Songo, masih menurut Anam, juga sebagai penjaga  kesehatan  santri dan seluruh elemen di Ponpes Lirboyo. Keputusan  penggantian  gentingnya, bersamaan dengan pembangunan serambi luar  pernah berujung  pada sakitnya hampir semua santri. Tak heran, hingga  saat ini Gerbang  Masjid Lawang Songo tetap dipertahankan seperti  bangunan aslinya. 
"Itu   sekitar 20 tahunan yang lalu. Saya sendiri saat itu belum mondok di   sini, tapi memang banyak orang yang menceritakan dan membenarkan   kejadian itu," ungkap Anam serius.
Pohon Kelapa Kembar, Gardu Pandang ke Mekah 
Kediri   - Misteri di Masjid Lawang Songo Lirboyo, tak hanya terdapat dari   bangunan dan gerbang tua. Pohon kelapa kembar (kelopo kembar) yang dulu   pernah berdiri di depannya, konon dipercaya sebagai gardu pandang yang   bisa memperlihatkan bangunan Kabah dan Masjidil Haram di Kota Mekah,   Arab Saudi.
Tapi   kelopo kembar saat ini sudah tak dapat dijumpai, setelah 5 tahun silam   mati dan terpaksa harus ditebang. Sebelumnya, keberadaannya   dipertahankan, bahkan dibiarkan berdiri menembus atap serambi luar. 
"Dulu   di sini dilubangi. Jadi pohonnya menembus atap cor ini dan terus  sampai  ke atas," kata Khoirul Anam, salah seorang pengurus Ponpes  Lirboyo,  saat berbincang santai dengan detiksurabaya.com, Jumat  (19/11/2010). 
Anam   mengungkapkan, kelopo kembar sengaja dipertahankan karena banyak  cerita  mistis di dalamnya. Diantaranya adanya pengakuan dari Sayid  Mustofa  Abidin, salah seorang mantan santri asal Desa Brenggolo,  Kecamatan  Gurah, Kabupaten Kediri, yang pernah menyaksikan secara  langsung  bangunan Kabah dan Masjidil Haram saat naik ke atasnya. 
"Itu   kejadiannya juga sudah sangat lama, tapi banyak yang menceritakan   secara turun temurun. Saat itu beliau berniat memetik kelapa dan   mendadak bisa melihat Kabah dan Masjidil Haram. Bahkan akibat kejadian   itu beliau sampai jatuh dan pingsan," tutur Anam.
Pengakuan   dari Sayid Mustofa Abidin ini bukan sekedar halusinasi yang   bersangkutan, karena pascakejadian itu banyak yang membuktikannya. 
Terkait   keputusan mempertahankan keberadaan kelopo kembar, saat pembangunan   serambi luar dilakukan, juga tak lepas dari keinginan KH Maksum Jauhari,   salah seorang pengasuh Ponpes Lirboyo yang juga akrab disapa Gus   Maksum. Tidak diketahui alasan pasti dibalik permintaan tersebut. 
"Makanya saat pembangunan serambi dilakukan, pengurus dan panitia pembangunan tak berani menebang kelopo kembar," tandas Anam.
Air Sumur Tua Dipercaya Sembuhkan Berbagai Penyakit
Kediri   - Hampir sama dengan sejumlah pesantren tua di Jawa Timur, Pondok   Pesantren Lirboyo, Kediri konon dibangun dengan bantuan makhluk halus.   Salah satu buktinya dapat dijumpai dari sumur tua yang hingga saat ini   ada di bagian barat Masjid Lawang Songo. 
Bangunan   sumur tua yang cukup diistimewakan. Keberadaannya cukup bersih dan   berbeda dengan sumur lain yang ada, serta dilindungi dengan pagar tembok   setinggi pundakorang dewasa.  
"Ini   memang ada perlakuan beda, karena santri rajin bersih-bersih disini.   Ini juga sengaja dipagari, meski sebenarnya sumur ini masih digunakan,"   ungkap Ahyar, salah seorang santri di Ponpes Lirboyo, saat berbincang   santai dengan detiksurabaya.com, Jumat (19/11/2010). 
Perlakuan   istimewa pada sumur tua ini, menurut Ahyar memang cukup beralasan.   Konon, sumur itu merupakan sarana yang digunakan pendiri untuk bisa   mendapatkan material dalam pendirian pondok. Kayu yang merupakan bahan dasar diakui didapatkan dari dalam sumur tersebut.
"Ceritanya memang begitu. Dari sini bisa keluar kayu, yang kami sendiri tidak tahu bagaimana asal muasalnya," tutur Ahyar. 
Sumur   tua di Lirboyo ini juga diistimewakan karena airnya bisa dimanfaatkan   untuk obat segala macam penyakit yang menyerang pesantren. Hal ini  sudah  dibuktikan, termasuk saat pagebluk sempat menyerang awal November  2010  ini. 
"Caranya ya langsung diminumkan airnya. Itu sampai sekarang masih dilakukan kalau ada santri yang sakit," kata Ahyar. 
Selain   sebagai sumber penghasil material pendirian pondok dan obat segala   macam penyakit, sumur tua juga diyakini memiliki sumber yang terhubung   langsung ke sumur zam-zam di Mekah, Arab Saudi. Dari itu air sumur tua   sangat diyakini memiliki manfaat lain, salah satunya pengusir jin yang   merasuki santri. 
"Kejadian   seperti itu pernah terjadi, ketika salah seorang satri kesurupan dan   langsung sadar saat disiram air. Air sumur ini juga merupakan   satu-satunya yang digunakan untuk memandikan jenazah, jika ada santri   yang meninggal saat mondok," pungkas Ahyar.
Tanah Bangunan Pondok Lama Parameter Keberhasilan 
Kediri   - Pondok Pesantren Lirboyo salah satu yang tertua di Indonesia, dan   hingga saat ini menjadi panutan bagi pesantren baru. Bangunan pondok   lama yang ada di dalamnya hingga saat ini masih dipertahankan, dan   dipercaya menjadi parameter keberhasilan pembangunan pesantren di   sejumlah daerah. 
Bangunan   pondok lama berada di sebelah utara serambi luar Masjid Lawang Songo   dan dijadikan sebagai salah satu asrama santri. Ukurannya 8 x 6 meter   didalamnya terdapat 6 kamar yang berposisi saling berhadapan. Meski   relatif kecil, 6 kamar tersebut saat ini dihuni sekitar 120 santri dan   uniknya masih tetap tampak lapang digunakan. 
Khoirul   Anam, salah seorang pengurus Pondok Pesantren Lirboyo mengungkapkan,   hingga saat ini banyak alumni pesantren yang ingin mendirikan pondok,   membawa sedikit bekal berupa tanah di bagian bawah pondok lama.
Proses   pengambilan tanah dapat dengan mudah dilakukan, karena meski secara   umum bangunannya berupa tembok permanen, bagian lantainya dipertahankan   berupa kayu. 
"Ini   bisa dibuka dan dengan mudah tanahnya bisa diambil. Biasanya memang   santri mengambil ini kalau pulang, karena hampir semuanya di sini   memiliki obsesi mendirikan pondok sendiri," kata Anam sambil menunjukkan   lantai kayu di pondok lama, Jumat (19/11/2010). 
Untuk   pemanfaatan tanah di dalam pondok lama, Anam mengungkapkan, cukup   dicocokkan pada tanah di lokasi pendirian pesantren baru. Tanah yang   memiliki tingkat kecocokan paling tepat, disanalah lokasi yang diyakini   paling tepat untuk pendirian pesantren baru.
Kepercayaan   ini sejauh ini tak hanya dijalani alumni Lirboyo, melainkan juga warga   dari luar. "Banyak, dari Malang, Pasuruan bahkan sampai luar Jawa ada.   Sampai sekarang juga masih dipercaya," tuturnya.  
Pondok   lama juga diyakini akan menjadi tampat yang sangat asing, bagi siapa   saja yang masuk ke dalamnya, tak terkecuali santri baru. "Biasanya akan   bingung begitu masuk. Tapi 2 sampai 3 bulan, kalau sudah terbiasa akan   bisa menerima kondisinya," pungkas Anam.
Tetesan Air Wangi Bunga Melati di Terowongan Rahasia
Kediri   - Sejak didirikan tahun 1910, Pondok Pesantren Lirboyo terus  berkembang  yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah santri.  Kondisi itu  tak pelak memaksa pengurus membangun kamar-kamar baru,  salah satunya  yang terpaksa dilakukan dengan membongkar terowongan  misteri di sekitar  Masjid Lawang Songo.
Tetesan   air beraroma wangi sempat tersisa dari pembongkaran tersebut, yang   hingga saat ini terus menjadi misteri tak terpecahkan. 
Terowongan   misteri di Lirboyo dibongkar pada tahun 2008 silam, saat Badan Pembina   Kesejahteraan Ponpes Lirboyo memutuskan untuk memperluas kawasan makam   pendiri pondok sebagai tempat wisata religi dan penambahan kamar untuk   santri.
Sebelumnya   terowongan tersebut adalah sebuah lorong tersebut merupakan jalan   menuju salah satu sudut kediaman Pimpinan pondok, KH Idris Marzuki.   Dengan panjang 20 meter dan lebar 2,5 meter, lorong tersebut terasa   menyeramkan karena sangat gelap. Praktis tidak ada sinar matahari   sedikitpun yang masuk ke dalam terowongan itu.
Dari   proses pembongkaran itulah misteri muncul. Air hujan yang jatuh tepat   di atas terowongan menetes dan menghasilkan aroma wangi, layaknya   kembang melati. Meski sudah dimengerti secara akal sehat, kejadian ini   disaksikan dan dialami ribuan santri. 
"Itu   kejadiannya sampai 5 hari, sebelum akhirnya hilang sendiri. Pokoknya,   setiap pakaian yang terkena tetesan akan berubah menjadi wangi, dan   aromanya bisa bertahan sampai berhari-hari," ungkap Saiful, salah   seorang santri yang menjadi saksi kejadian tersebut, Jumat (19/11/2010).
Dari   panjang sebelumnya 20 meter dengan lebar 2,5 meter, bangunan  terowongan  saat ini hanya tersisa sekitar 4 meter. Keberadaannya saat  ini menjadi  penyangga kamar santri yang dibuat seperti bangunan rumah  gadang, yang  dibuat berbahan dasar kayu. 
Terowongan   misteri tersebut sebelumnya adalah sebuah lorong jalan pintas dari   kamar-kamar santri ke Masjid Lawang Songo dan kediaman pengasuh.   Uniknya, tak hanya dijadikan jalan pintas, di sepanjang kanan kiri   lorong tersebut terdapat beberapa kamar.
Karena   gelapnya suasana, kamar-kamar tersebut lebih mirip seperti goa dan   dihuni sejumlah santri. Satu-satunya alat penerangan di lorong tersebut   adalah lampu berukuran kecil yang hanya dinyalakan pada malam hari.  
"Kamar-kamar itu konon ceritanya dihuni santri dari golongan halus," kata Saiful tanpa mau menjelaskan golongan halus tersebut
source: http://surabaya.detik.com/read/2010/11/19/065554/1497275/475/menelusuri-jejak-8-tempat-misteri-di-ponpes-lirboyo
 




0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Commnent