Belajar di luar negeri adalah sebuah impian dan cita-cita mulia. Pada umumnya mahasiswa Indonesia belajar ke luar negeri dengan dana beasiswa baik dari universitas, pemerintah Indonesia (DIKTI), organisasi dermawan, atau beasiswa ayah bunda dan calon mertua.
Well, ehm, dua jenis beasiswa yang terakhir formulir aplikasinya tidak dijual bebas, hanya tersedia di konter kami di pondok indah
Pada umumnya mahasiswa ini akan mempunyai bayangan dan impian yang indah tentang bersekolah di luar negeri akan tetapi mereka umumnya
shock melihat hal yang terjadi di bawah ini. Berikut ini kami memuat beberapa hal yang membuat para mahasiswa Indonesia
shock dan sedikit terpana :
1. Kamu harus mencuci sendiri!
Hey, there must be a laundry service somewhere, right? Well, memang pada umumnya mahasiswa di Indonesia tidak mencuci dan menyetrika bajunya sendiri dengan beberapa alasan. Pertama, ongkos laundry yang murah di Indonesia (konon di Negara Jogja ongkos
laundry hanya 1500 -2000 per kilo, bandingkan dengan ongkos
laundry di daratan Cisitu Bandung yang menembus level 3500-7000 per kilo). Kedua, takut kulit rusak bila mencuci baju sendiri. Ini adalah alasan para wanita gaul dan borju di kampus. Alasan terakhir, “Saya jarang ganti baju, kok. Celana jeans ini saya pakai sudah 2 bulan tapi warnanya
tetep biru, kok.” Yups,
dude. Warnanya sih
tetep biru tapi baunya itu lho, bisa bikin se-lab mabok.
Eh itu bukan tikus liar yg masuk karena kotor kok,, peliharaan gw ini!
Nah, konyolnya kebiasaan buruk ini harus segera diubah saat kita belajar di negara2 maju. Di sana para mahasiswa ini harus mencuci bajunya sendiri karena kalo di
laundry beasiswa kita gak akan cukup buat makan sebulan.
Hal ini berefek buruk karena rata2 para mahasiswa akan malas menyetrika baju2 mereka karena tidak adanya mesin setrika otomatis.
Wondering kalo si Steve Jobs masih hidup saya akan minta Apple membuat mesin setrika otomatis.
iRon : Sekaligus bisa memutar lagu, tapi tidak wajib bisa utk menelepon
Lagu lama selalu ada pelangi setelah badai, efek dari
no laundry ini akan membuat para mahasiswa yang tadinya manja2 di Indonesia menjadi jauh lebih mandiri. Suatu hal yang membanggakan tentunya. Jadi belajar keluar negeri adalah sarana pembinaan yang lebih mantap dari pada osjur kampus.
2. Kemana2 naik sepeda
Well pada umumnya para mahasiswa Indonesia sangat tidak terbiasa dengan moda transportasi ini. Namun di negara maju para mahasiswa lebih memilih menggunakan angkutan umum dan sepeda (kereta, bus) daripada mobil atau pun scooter. Sepeda adalah pilihan yang sangat praktis karena sepeda bisa di parkir di dalam kampus, bahkan beberapa stasiun kereta menyedikan
platform untuk tempat meletakkan sepeda lipat.
Even cute girls use bikes! mana ada beginian di Jakarta
Masalah yang sederhana akan menjadi sedikit ruwet untuk mahasiwa Indonesia karena ada sebagian kecil mahasiswa yang gak pernah atau belum bisa naik sepeda. Memang bagi yang besar di era sebelum 90an, mereka rata-rata bisa naik sepeda karena saat SD sering naik sepeda ke sekolah (karena sepedanya baru, biar gak dikejar anjing, dan alasan lain yang penulis malas menuliskannya). Namun bagi yang besar di era 95an ke atas, mereka jarang sekali menggunakan sepeda saat SD (karena diantar ortu, ada jemputan, dll). Nah akibat dari kemalasan ini akibatnya banyak mahasiswa yang
nota bene sudah baligh tapi gak bisa naik sepeda, sedikit konyol kan tapi faktanya memang begitu.
Hal ini umunya berlaku pada para wanita dan rata2 yang dari kota. Akibatnya para mahasiswa senior harus sedikit mengajari para mahasiswa cara mengendarai sepeda, sedikit konyol tapi sebuah kenyataan. Maka saya mengusulkan agar salah satu penilaian masuk SMP adalah kemampuan menaiki sepeda.
Untuk kasus ekstrem, biaya tempat tinggal pun dapat dihemat jika kemampuan bersepeda Anda benar2 mumpuni.
3. (Khusus bagi yg muslim) Ramadhan dan Idul fitri yang menyedihkan
Terlihat sedikit galau dan nelangsa, tapi itulah kenyataan yang dialami para mahasiswa di luar sana. Suasana Ramadhan yang penuh dengan tajil gratis,
ngabuburit sambil main
war craft seharian ataupun santapan kuliner Ramadhan yang lezat tidak akan Anda temui di sana.
Anda akan sangat beruntung bila Anda diundang buka bersama oleh pekerja Indonesia, kedubes ataupun saudara2 dari timur tengah dan Pakistan untuk berbuka bersama, karena di momen itulah Anda2 akan menikmati sajian2 kuliner yang lezat (
aka gratis dong ya). Selebihnya Anda akan buka dengan roti atau air putih di lab, tarawih sendiri ataupun kalau Anda pas kurang beruntung, hari Eid bersamaan dengan jadwal
group meeting ataupun ujian.
Ataupun konser grup band kesukaan Anda
4. Suasana kuliah yang berbeda
Nah, akhirnya sampai juga ke bagian yang utama dari artikel ini (ingat kan tujuan anda bersekolah ke luar negeri untuk mencari ilmu). Di sini kita akan menjumpai budaya akademik yang bener2
fair dan mandiri.
Except him, of course
Tidak ada pinjam meminjam jawaban PR, gak ada absen (jadi ingat ada kaus
sold out yang bertuliskan “tidak pernah titip absen”), susah pinjam catatan teman sekelas, ataupun budaya anti mencontek waktu ujian. Yups, bahkan penulis pernah mengalami ujian semester di tinggal penjaganya, tetapi semua tetap tenang dengan pekerjaannya.
5. Tetap Jomblo
Eits, kenapa tiba2 membahas ini? Ini adalah topik yang sangat menarik untuk dibahas karena saya yakin banyak yang mengalaminya. Mungkin awalnya tujuan Anda sekolah di luar negeri adalah untuk mencari ilmu tetapi kemudian keinginan sekolah di luar negeri menjadi begitu sangat kuat karena berharap mendapat jodoh di luar negeri.
Beberapa orang bahkan sebaiknya memiliki alasan di atas
Mungkin anda sedang patah hati karena gadis pujaan Anda lebih memilih pria yang bekerja di pengeboran minyak dibanding asisten lab yang kadang gak jelas statusnya. Alasan yang kedua, dengan S2 atau S3 di luar Anda berharap bertemu jodoh Anda mirip di serial Harvard Love Story, meskipun gak kuliah di Harvard (tapi
top scenario bisa sedikit sama). Namun kenyataanya akan sangat lain karena… Mungkin Anda S2 dan S3 di kampus yang
nota bene isinya mahasiswa teknik dan
science, sehingga saat tiba di sana peluang Anda jauh lebih kecil dibanding saat masih di indonesia.
Maaf, 'peluang' di sini sebenarnya relatif
Apakah tidak ada wanita cantik yang S2 dan S3? Jawabannya: sangat banyak, bung. Akan tetapi biasanya sebelum berangkat rata2 mereka sudah tidak
single lagi atau bahkan sudah bertunangan (
entar saat liburan
winter akan ada undangan pernikahan
). Hmm, memang sepahit kopi tubruk.
Nah, alasan yang paling konyol adalah anda bermimpi mendapatkan cinta gadis lokal semacam Yoona, dll (saya sedikit curiga dengan kenaikan
drastic mahasiswa Indonesia di Korea. Ini mungkin salah satu alasannya).
Menggali pengalaman di luar negeri memang, ehm, penting
Namun hal ini sungguh sangat jarang terjadi karena… Anda bukan pria bule. Saya bukan bermaksud rasis tetapi postur tubuh kita ga seatletis orang sana (efek banyak belajar dan nge
game plus kurang olahraga). Anda sangat tidak bisa bahasa lokal mereka. Dan ketiga, Anda akan sangat sibuk dengan penelitian jadi tidak sempat
ngeceng ke kampus sebelah.
That’s all. Sebagai penutup saya hanya menyarankan Anda untuk tetap semangat belajar dan niatkanlah sekolah Anda untuk hal2 yang baik2 saja.