Fakta Kebohongan Ponimin Tentang  Kisah Heroiknya : Kisah heroik  keluarga Ponimin (49) yang selamat  dari wedhus gembel (Selasa,  26/10/10) ternyata hanya rekaan dari Ponimin  saja, hanya demi  kepentingan pribadi. Ponimin menceritakan kisah yang  cukup dramatis  atau bisa di bilang lebay plus dibumbui hal-hal berbau  supranatural,  seputar rahasia penyelamatan suami istri beserta lima anak  cucunya  ketika Merapi murka, Selasa (26/10) lalu.
 
 Ny Yati (42),  istri Ponimin pun sempat mengisahkan,  berbekal Alquran, mukena,  dan bantal akhirnya mereka bisa lolos dari  maut setelah dikurung awan  panas selama hampir delapan jam.
Kisah   yang diceritakan Ponimin dan istrinya barangkali benar. Tapi, kurang   lengkap karena ketika Ny Yati nerupaya keluar dari kepungan debu panas   yang mengelilingi rumahnya ia digendong seorang relawan. Itulah rahasia   di balik keselamatan Ny Yati hingga tak terluka sedikit pun meski   telapak dan bokong suaminya melepuh terbakar.
Secara ilmiah,  Kepala  Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr  Surono pun  menjelaskan. Posisi rumah Ponimin memang berada di bawah  sebuah gundukan  sehingga awan panas yang meluncur sempat terpecah oleh  Sabo Dam  Kaliadem di atas bibir Kali Gendol. ”Karena itu, hawa panas  yang mereka  rasakan hanya efek. Bukan yang pokok,” tutur Dr. Surono. 
Keselamatan Ponimin  sekeluarga juga tidak terlepas dari jasa seorang relawan muda, Pandu  Bayu Nugraha (20), warga  Wonogondang, Kaliurang, Sleman. Pemuda  yang memiliki postur tubuh  cukup gemuk itu hingga kini masih harus  berjingkat-jingkat saat  berjalan karena pergelangan kaki dan tumitnya  masih melepuh dan terasa  perih. Beruntung, hatinya pemuda tersebut, Pandu,  tidak ikut perih karena perjuangannya melawan lumpur panas demi  menyelamatkan keluarga Ponimin, seakan menjadi tiada berarti  dibandingkan kisah mistik yang muncul sebagai efek dari ’kesaktian’  keluarga itu. 
”Tidak.  Saya justru tak acuh  mendengar pemberitaan gencar soal Ponimin. Saya  tidak kenal dekat. Saya  juga tidak bisa menyalahkan karena dalam  kondisi seperti itu, semua  orang punya kepentingan. Barangkali saya pun  punya kepentingan,” ujarnya  Pandu sambil tersenyum. Tidak berniat  untuk mengungkit jasa-jasanya,  Pandu pun sedikit malas ketika diminta  menuturkan kisahnya menyelematkan  keluarga Ponimin saat itu.
”Ketika  itu saya sudah berada di Posko Umbulharjo.
Saya mendapat kabar kalau masih ada keluarga yang terjebak di Kaliadem dan membutuhkan pertolongan segera. Tanpa pikir panjang, saya bersama teman membawa dua tabung oksigen ke atas. Sayang, motor kawan saya tidak kuat naik, sedangkan saya bisa mencapai Kinahrejo,” cerita Pandu.
Saya mendapat kabar kalau masih ada keluarga yang terjebak di Kaliadem dan membutuhkan pertolongan segera. Tanpa pikir panjang, saya bersama teman membawa dua tabung oksigen ke atas. Sayang, motor kawan saya tidak kuat naik, sedangkan saya bisa mencapai Kinahrejo,” cerita Pandu.
Waktu  itu sekitar pukul 22.00  WIB. Motor trailnya pun ikut keok. Dia segera  meninggalkan motor itu dan  berlari menuju Kaliadem. Pemuda yang memang  sudah mengenal medan itu  yakin bisa masuk ke lokasi karena sudah ada  kawannya yang mendahului.  Sekitar pukul 23.30 WIB, dia berhasil  mencapai Kaliadem. Sepatu boot  yang ia kenakan sudah mulai meleleh  karena panas. Namun, seperti punya  kekuatan cadangan, Pandu berhasil  menemukan keluarga itu. ”Waktu saya  sampai ke sana, mereka sudah  berjejer di teras dan berteriak-teriak. Di  sana juga sudah ada orang  lain di luar anggota keluarga Ponimin. Maka  saya bergabung dengan  keluarga itu menelusuri pasir panas,” kenangnya.
Ia   membenarkan ketika itu mereka berjalan di atas bantal dan sajadah yang   disusun secara estafet, sambil menggendong Ny Yati. ”Yakin, saya   menggendong seorang perempuan paruh baya. Alasannya, perempuan itu   memakai sepatu berhak tinggi, jadi sangat tidak mungkin berjalan   di atas bantal yang jelas-jelas empuk,” ujar Pandu. (Wakss… Nyelametin   diri kok pakai hak tinggi ya ??) 
Mereka bersembilan akhirnya mampu berjalan perlahan sekitar 500 meter hingga ke ujung jalan beraspal. Sesampai di wilayah yang lumayan dingin, rombongan itu lantas bertemu dengan tim evakuasi menggunakan mobil bak terbuka. Begitulah kronologi kisah SESUNGGUHNYA penyelamatan itu. Pandu juga mengatakan, banyak saksi mata di antaranya Indrianto (27), kawannya yang lebih dulu menyelamatkan tiga orang lainnya.
sumber http://blognyajose.blogspot.com/2010/11/inilah-fakta-kebohongan-ponimin-tentang.html
 


0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Commnent