AFP/CLARA PRIMA
Kendaraan bermotor dan permukiman serta tempat ibadah luluh lantak dihantam awan panas yang dimuntahkan Gunung Merapi, di Pakem, Sleman, Rabu (26/10/2010).YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Muji (47) terkesiap saat suara bergemuruh menakutkan memecah kegelapan malam. Saat itu ia sedang berada di rumahnya di Gondang, sekitar dua kilometer dari barak pengungsian di Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Barak Umbulharjo sendiri terletak sekitar tujuh kilometer dari Dusun Kinahrejo, atau sekitar 12 kilometer dari puncak Merapi di sisi selatan. "Saya sedang nonton acara tinju di TVRI, tiba-tiba dengar suara kemrosak (gemuruh) seperti batu-batu besar yang diturunkan dari dump truck," kata Muji di pertigaan Umbulharjo.
Tak berpikir panjang, Muji bergegas keluar rumah yang saat itu ia jaga sendirian. Anak istrinya berada di barak pengungsian. "Saya langsung keluar dan suara itu semakin keras, mendekat. Baru pertama kali ini saya mengalami seumur hidup," katanya.
Setelah itu, ia mencegat siapa pun yang menunggang motor dan bergerak turun. Ia dapat tumpangan dan kabur secepatnya meninggalkan dusun. Ia tak lagi menengok ke belakang karena suasana gelap dan abu mulai turun mengguyur.
Lain lagi cerita Gunadi. Pria gempal berusia sekitar 38 tahun ini terlelap di rumahnya, juga di Gondang, saat semburan Merapi datang. Ia sama sekali tidak mendengar suara klakson, sirine, atau teriakan orang yang menyelamatkan diri.
Gunadi baru terbangun saat atap rumahnya seperti digerojok pasir. Ia melompat dan meraih sepeda motornya di teras dan jalanan ternyata sudah sepi. Ia memacu kendaraan di tengah guyuran abu dan pasir, dan di belakangnya suara bergemuruh seperti mengejar.
"Saya seperti dikejar ribuan truk. Sampai di pertigaan barak Umbulharjo, ternyata hanya tersisa segelintir orang. Relawan dan petugas keamanan TNI/Polri yang tadinya bergerombol jaga, sudah tidak terlihat. Barak pengungsian juga sudah kosong.
Waktu itu sekitar pukul 01.30 WIB. Gunadi terus nekat menembus pekatnya abu dan pasir yang jatuh dan melaju turun ke arah Wukirejo, desa di bawah Umbulharjo. "Kurang ajar, semua meninggalkan saya," gerutu Gunadi tadi pagi setelah suasana kembali normal.
Gunadi kembali mangkal di pertigaan Umbulharjo, menjaga akses masuk ke perkampungan di Gondang, Pangukrejo, dan Kinahrejo di atas yang disapu awan panas. Sementara Gandung (43), warga Pangukrejo, yang dievakuasi tadi pagi setelah terjebak selama lima jam di rumahnya, tak henti-hentinya bersyukur lolos dari sergapan awan panas. (Setya Krisna Sumargo)
0 komentar:
:rate5: :hoax: :nyimak: :thanx: :pertamax: :cendol: :bingung: :sundul: :iloveindonesia: :marah: :ngacir: :kiss: :bata:
Posting Komentar
Mohon Commnent